"Kisah Kita di Gedung Biru"

Di antara keramaian dan kesendirian, I write about a life full of contradictions. Sebuah ruang untuk berbagi cerita, buku, artikel, jurnal, dan karya lainnya tentang berbagai topik dinamika kehidupan sosial, where feelings and thoughts collide. So, jadi ini adalah tempat saya berbagi ide dan pemikiran tentang kehidupan, seni, dan segala hal yang menginspirasi. Bergabunglah dalam perjalanan saya!
Pernah nggak sih merasa berjalan jauh, tapi kita tetap nggak tahu harus ke mana? kita berjalan tanpa tahu untuk apa. Step by step, kita terus melangkah tapi entah ke mana. Ada sebuah destinasi yang kita impikan dengan penuh harapan dan janji. But the closer we get, malah semakin ia menjauh seperti sesuatu yang tak pernah nyata.
Semua harapan yang kita tanam tumbuh menjadi luka. Kita sering merasa terhenti, stuck di titik yang sama, tapi apakah itu berarti kita benar-benar diam? kita berlari mengejar sesuatu yang tidak pernah kita temukan, seakan destinasi itu hanya bayangan yang hilang begitu saja saat kita mulai mendekat. Dan di sini, all we can do is cry. Menangisi semua harapan kita yang terkubur. Menangisi diri yang terjebak dalam pencarian yang tidak pernah berujung.
Kita berjalan, tetapi setiap langkah rasanya semakin jauh. Di ujung jalan itu, ada sebuah harapan yang dulu begitu nyata, dekat, namun kini hanya bayangan yang semakin menghilang. Dulu kita percaya bahwa di sana akan ada kebahagiaan, ada cinta, ada masa depan yang cerah. Tapi semakin kita melangkah, kita semakin tersesat. Jejak yang kita tinggalkan pudar begitu cepat, seperti angin yang menghapusnya tanpa suara. Then we ask, kenapa semua yang kita impikan tidak bisa benar-benar terwujud?
Di ujung harapan itu, kita hanya menemukan kehampaan yang lebih dalam dari yang kita bayangkan. Tidak ada yang bisa kita raih dan tak ada yang bisa kita genggam. Dalam keheningan itu, we cry not because we are weak, tetapi karena kita sudah terlalu lama berharap pada sesuatu yang tak pernah datang. Harapan yang dulu begitu jelas, kini semakin kabur dengan jejak yang perlahan memudar. Kita melihat ke belakang, menghitung semua janji yang tidak ditepati dan semua harapan yang perlahan runtuh. Dan pertanyaannya tetap sama: apakah salah jika kita berharap? or is it the hope itself that we should avoid?
Kita melangkah, tapi rasanya seperti tidak pernah sampai. Dulu kita pikir hidup itu punya tujuan, punya kompas yang bakal ngarahin kita ke tempat yang benar. But why, the more we try, the more we feel like we don't know where to go? semuanya cuma kosong, dan harapan yang dulu kita pegang erat, sekarang hanya samar seperti tidak ada jejaknya.
Di tengah semua itu, kita sadar: tidak ada yang jelas dan tidak ada yang pasti. Tidak ada peta untuk masa depan, tidak ada garis lurus yang bisa kita ikuti. Kita selalu membayangkan diri kita dalam versi terbaik. Namun, ketika realita tidak sejalan, luka yang ditinggalkan begitu dalam.
Kita berharap cinta itu sempurna, hidup itu mudah, dan semuanya berjalan sesuai rencana. But reality never meets expectations. Cinta yang kita idamkan sering kali jauh dari yang kita bayangkan. Kita berharap segalanya akan indah, tapi semakin kita berusaha, semakin jauh cinta dan juga kebahagiaan itu. Dunia yang kita impikan tidak pernah benar-benar ada. Kita terus terjebak di antara harapan yang hilang dan kenyataan yang terasa menekan. Dan ketika hati terluka, kita selalu bertanya, kenapa semuanya terasa sia-sia? mungkin kita harus menerima bahwa cinta tak selalu sempurna, dan terkadang, kita hanya bisa belajar untuk berdamai dengan luka yang ada.
Mereka bilang, bahagia itu nyata. Tapi jika benar nyata, kenapa aku tak pernah bisa merasakannya? ia selalu tampak jauh, seperti cahaya yang semakin pudar di saat aku mendekat. Aku ingin bertanya, tapi sama siapa? I feel like screaming, but to what avail? pada akhirnya, aku hanya bisa diam, menangis tanpa suara, merasakan sesak oleh sesuatu yang bahkan aku sendiri tak bisa jelaskan.
Harapan itu seperti asap, semakin aku genggam, semakin ia menghilang. Mungkin, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang bisa kita pegang. Mungkin, ia bukan tujuan, tetapi hanya bayang-bayang yang kita kejar tanpa tahu kapan ia akan datang. Dan ketika aku berhenti mencari, aku sadar bahwa aku sudah kehilangan lebih banyak dari sekadar kebahagiaan dan aku telah kehilangan diri aku sendiri dalam perjalanan itu.
Kita terus melihat dunia yang terlihat sempurna di luar sana, dengan kehidupan yang penuh kebahagiaan dan pencapaian yang mudah diraih. Kita melihat pasangan yang bahagia, dan bertanya-tanya mengapa cinta kita selalu berakhir dalam sebuah kehancuran. Kita melihat teman-teman yang melangkah maju, sementara kita masih terjebak dalam kebingungan dan terjebak dalam harapan yang tak kunjung tercapai. Kita bertanya, kenapa aku tidak bisa seperti mereka?
Perbandingan itu datang seperti bayangan yang tak bisa kita hindari, selalu ada, selalu mengingatkan kita pada segala yang kita tidak punya. We've spent too long trying to be like others, untill we forgot who we truly are. Namun, yang tidak kita sadari adalah semua orang itu memiliki waktunya sendiri.
Kita terjebak dalam gelap, mencari sesuatu yang bahkan tak kita tahu apa bentuknya. Saat semua harapan tampak hilang, ketika kita merasa tak bisa lagi berdiri, ada satu pertanyaan yang terus menghantui: What am i still waiting for? tapi justru di saat itulah, kita mulai sadar bahwa cahaya itu bukan sesuatu yang harus kita temukan, but something emerges from every step we take.
Setiap hari kita seperti berjuang melawan angin yang tak pernah berhenti. Kita lelah, dan mungkin kita sudah mulai menyerah, tapi ada satu hal yang masih mengikat kita yaitu keinginan untuk menemukan sedikit cahaya, bahkan jika itu hanya seberkas kecil. Dan meski kita tidak tahu seberapa jauh kita sudah berjalan, ada saatnya kita berhenti untuk merasakan kelelahan dan juga menyadari bahwa sudahkah kita berjalan terlalu lama?
Terkadang, hidup terasa seperti kita berjalan di jalan yang tak ada ujungnya, tanpa peta dan tanpa petunjuk. Semua yang kita lihat hanya gelap, dan semakin kita melangkah, semakin jauh kita dari tempat yang kita harapkan. Kenapa rasanya aku tidak pernah sampai? mungkin, kita sudah terlalu lama berlari dan kita berharap ada sesuatu yang menunggu di ujung sana.
Bolehkah kita menghapus semua tuntutan, semua bentuk harapan yang tak pernah terwujud, dan hanya memberi waktu untuk diri sendiri? karena ketika dunia terlalu keras, kita hanya ingin duduk sejenak dan merasakan apa yang sebenarnya terjadi di dalam hati kita. Tapi berhenti bukan berarti menyerah, melainkan adalah cara untuk kita mendengarkan bisikan hati yang terlalu lama terabaikan. Tapi di saat kita berhenti, di saat kita memberi ruang untuk diri kita sendiri, kita menemukan sesuatu yang tak kita duga yaitu kita masih punya waktu untuk melangkah and we still have time to rise. Karena terkadang, hanya dengan berhenti sejenak, kita bisa melihat jalan yang seharusnya kita tempuh.
Hey, bagaimana rasanya hidup tanpa arah? seperti berdiri di tengah lautan yang luas dan sendirian, tanpa kita tahu ke mana harus berlayar. Kita menatap jauh ke depan, tapi yang ada hanya kekosongan. Kita menoleh ke belakang, tapi masa lalu terlalu sakit untuk kita jadikan tempat berpulang. Kita ingin percaya bahwa nanti akan baik-baik saja, karena kita lelah berharap dan kita juga lelah untuk berpura-pura kuat.
Kita mencoba membangun hidup dari serpihan yang tersisa, tapi semua yang kita sentuh hancur begitu saja. Kita menunggu sesuatu entah itu apa, entah siapa, tapi sepertinya tidak ada yang datang. dan juga tak ada yang benar-benar peduli. Dan yang paling menyakitkan? kita pun mulai berhenti peduli pada diri sendiri. Rasanya kita ingin menangis, tapi air mata kita sudah habis. We yearn to cry out, but our voices are swallowed by the void.
Titik nol. Tempat di mana kita harus kehilangan semuanya bahkan diri kita sendiri. Tempat di mana harapan yang dulu kita genggam erat kini hanya serpihan kecil yang menyayat telapak tangan. Kita pernah berpikir bahwa jika kita cukup kuat, cukup baik, cukup berusaha, semuanya akan berjalan sesuai harapan. Tapi kenyataan berkata lain. Maybe, we need to stop running and start accepting, tidak semua hal bisa terus kita genggam dan tidak semua orang itu bisa untuk tetap tinggal. But that doesn't mean we give up. Karena meskipun kita tersesat, meskipun tidak tahu ke mana harus pergi, we're still here. And maybe, itu sudah cukup untuk hari ini. Di titik nol ini, kita belajar bahwa kita masih punya kesempatan untuk mencari kebahagiaan, meskipun dengan cara yang berbeda dari yang kita bayangkan.
Seberapa lama kita sanggup bertahan dalam kegelapan? seberapa banyak lagi luka yang bisa kita tanggung? kita berdiri di tengah kehampaan yang mencekik, di antara serpihan mimpi yang sudah mati. Kita pernah percaya bahwa jika kita cukup kuat, cukup sabar, cukup baik, dunia akan berpihak. But look where we are now? terjebak di tempat yang sama, di batas antara ingin menyerah atau mencoba bertahan satu hari lagi. Lalu kita mulai bertanya, apa aku memang diciptakan hanya untuk gagal? we cry, but no one sees. Kita ingin bicara, tapi suara tak keluar. Kita ingin meminta tolong, tapi siapa yang akan peduli? siapa yang mau mendengar cerita seseorang yang bahkan dirinya sendiri tak yakin apakah masih ingin ada di sini?
They said, "semuanya pasti akan berlalu, waktu akan menyembuhkan, bersabarlah." But they'll never know what it's like to be us. Mereka tak pernah tahu seperti apa rasanya bangun pagi dengan dada yang terasa kosong. Seperti apa rasanya menarik napas dalam-dalam hanya untuk memastikan bahwa kita masih hidup. Seperti apa rasanya berjalan tanpa tujuan, karena kita bahkan tidak yakin lagi apakah masih ada sesuatu yang layak untuk diperjuangkan. Dan mungkin di suatu titik kita mulai berpikir, bagaimana jika aku berhenti saja? bagaimana jika aku tidak melanjutkan ini semua? untuk sekarang, bertahanlah meskipun kita harus merangkak, meskipun dada terasa sesak, meskipun air mata mengalir tanpa henti. Karena meskipun gelap ini begitu pekat, meskipun dunia terasa begitu dingin, we're still here. Dan selama kita masih ada, selama napas masih ada, that means we haven't lost yet. Itu berarti kita masih punya kesempatan untuk melihat terang yang selama ini kita tunggu. Dan saat hari itu tiba, kita akan tahu bahwa semua rasa sakit ini tidak sia-sia.
Berapa kali kita harus jatuh sampai akhirnya merasa tidak sanggup lagi? berapa kali kita harus meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja, padahal semuanya terasa semakin buruk. hidup tak pernah benar-benar memberi jeda. We try, we fight on, tapi yang kita dapat hanyalah luka yang semakin dalam. Kita hanya ingin untuk istirahat, ingin berhenti merasa, ingin dunia sejenak melunak, tapi dunia tetap berjalan tanpa memperdulikan kita.
Malam demi malam, kita menatap langit yang kelam, bertanya dalam hati, kenapa harus aku yang merasa sesakit ini? tapi langit tetap diam, sama seperti semua orang di sekitar kita yang tak pernah benar-benar tahu betapa hancurnya diri kita. They see us smile, they hear us say "I'm fine" but we've never truly lived and just survived. And then we think, can i just stop already? apa ada yang akan peduli jika aku lenyap begitu saja? lihatlah ke dalam diri kita, jika memang tak ada harapan, jika memang tak ada alasan untuk bertahan, why are we still here? kenapa jantung masih berdetak meskipun kita sudah begitu lelah? kita masih ada, dan selama kita masih ada, the story continues. Bangkit bukan berarti menghapus semua luka yang pernah ada, karena luka itu akan tetap ada untuk menggores, menyayat, meninggalkan bekas yang mungkin tak akan pernah benar-benar hilang. Menulis kisah baru bukan berarti melupakan semua yang telah terjadi. Kisah lama tetap ada untuk tetap menjadi bagian dari siapa diri kita, tapi kita bisa memilih untuk terus hidup dalam babak yang sama, terus-menerus membaca halaman yang sama, atau mulai menuliskan sesuatu yang baru? kali ini, kita bangkit bukan karena kita tidak terluka, tapi karena kita memilih untuk tidak membiarkan luka itu menghancurkan kita. Dan suatu hari nanti, kita akan melihat ke belakang, membaca kembali halaman-halaman lama dalam hidup tentang semua air mata, semua kelelahan, tentang semua kesakitan, dan nantinya kita akan menyadari sesuatu yaitu we made it, we survived, and we're still alive. So, genggam pena kita, dan tulislah kisah baru. Mungkin jalannya masih panjang, mungkin kita masih akan menangis lagi, dan mungkin kita akan jatuh lagi. Tapi kali ini, kita akan melangkah dengan cara yang berbeda dan bukan lagi dengan rasa putus asa, tapi dengan keyakinan bahwa esok mungkin akan lebih baik.
Kita mungkin masih berada di titik nol. Tapi titik nol bukan akhir, melainkan awal dari sesuatu yang baru. Kita masih punya waktu untuk bangkit, untuk menyusun kembali kepingan diri kita yang hancur, untuk menemukan cinta yang tidak hanya singgah, tetapi juga tinggal.
haiii, I'd like to say thank you very much😊 silahkan kasih komentar apa aja yaaa, ceritain aja kalo udah beres baca sampai selesai artikel ini tentang perasaanmu terkait isi artikel ini yaaa
"You're not by yourself, so relax" ngomong aja ya, mau itu req tema/topik, bikin cerita, jurnal, dll. mau penambahan gambar, video, atau gif untuk next post hhe😚
boleh juga yaa kunjungi profil untuk info lainnya, dan tunggu aja yaa untuk postingan-postingan berikutnya. byeeee!!
Komentar